20.1. Pendahuluan
Pragmatisme merupakan aliran yang sangat kuat dalam filsafat
Amerika di penghujung akhir abad 19. Aliran ini meneruskan tradisi empirisme
yang mendasarkan pengetahuan manusia pada pengalaman serta menekankan prosedur
induktif dalam ilmu-ilmu eksperimental.
20.2. Ciri-ciri Pragmatisme
Aliran ini muncul selama suatu periode yang ditandai oleh
perkembangan ilmiah yang sangat pesat, industrialisasi, dan kemajuan material.
Masa kemunculannya ditandai dengan merosotnya kepercayaan dan nilai-nilai agama
tradisional. Aliran ini mencari titik tengah antara konsep-konsep metafisik
tradisional tentang hakikat realitas, dan teori-teori nihilisme dan
irrasionalisme radikal yang sangat populer di Eropa kala itu.
Kaum pragmatis tidak percaya adanya suatu ide absolut tentang
kebaikan atau keadilan. Mereka menganggap konsep-konsep itu bersifat relatif
dan bergantung pada konteks dimana konsep-konsep itu didiskusikan. Para
pengkritik pragmatisme mengatakan bahwa penolakan kaum pragmatis terhadap suatu
yang absolut membawa implikasi yang negatif bagi masyarakat.
20.3. Para Filsuf Pragmatisme
20.3.1. Charles Sanders Peirce
(1839-1914)
Charles Sanders Peirce adalah seorang filsuf, ahli logika,
ahli matematika, dan ahli fisika. Ia mengembangkan pragmatisme sebagai teori
makna, khususnya makna dari konsep-konsep yang digunakan dalam ilmu. Bagi Peirce,
satu-satunya cara rasional untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan
membentuk kebiasaan mental yang akan mentest ide-ide melalui observasi dan
eksperimentasi.
Menurut Peirce, tidak ada objek atau konsep yang memiliki
validitas atau arti yang inheren. Makna atau arti hanya terletak dalam
akibat-akibat praktis yang berasal dari pemakaian atau aplikasinya. Peirce
berpendapat bahwa kebenaran suatu ide atau objek hanya dapat diukur dengan
investigasi empiris atas kegunaan atau manfaatnya.
Karya-karya Peirce sangat mempengaruhi sekelompok filsuf
positivisme logis yang menekankan pentingnya verifikasi ilmiah dan menolak
pengalaman personal sebagai basis pengetahuan yang benar.
20.3.2. William James (1842-1910)
William James adalah seorang filsuf, dan dikenal sebagai
psikolog besar pertama Amerika. Karyanya dalam psikologi memberikan kerangka
bagi teori pragmatisnya tentang kebenaran. Menurut dia, kebenaran adalah kapasitas
suatu keyakinan untuk membimbing seseorang kepada tindakan yang berhasil. Dia
mengusulkan agar segala keyakinan dievaluasi berdasarkan kegunaannya dalam
menyelesaikan masalah.
Bukunya yang pertama, Principles
of Psychology (1890) mengupas prinsip fungsionalisme dalam psikologi.
Dengan demikian James menggeser psikologi dari tempat tradisionalnya sebagai
cabang filsafat lalu menempatkannya diantara ilmu-ilmu laboratorium yang
didasarkan pada metode eksperimental.
Kontribusi James dalam pragmatisme disajikan secara ringkas
dalam bukunya Pragmatism, A New Name for
Old Ways of Thinking (1907). Dia membenarkan agama atas dasar pragmatisme,
dan mengidentifikasi Allah sebagai energi alam yang tidak sadar. Menurut James,
sentiment dan logika sangat penting bagi rasionalitas, dan bahwa moralitas dan
agama merupakan lompatan kepercayaan, produk dari apa yang disebutnya the will to believe.
Dalam Essays in Radical
Empiricism (1912), James mengajarkan tentang suatu jagad pluralistic. Dia
menolak pandangan bahwa dunia dapat dijelaskan berdasarkan suatu kekuatan
absolute yang menentukan interelasi antara benda-benda dan peristiwa-peristiwa.
Dia menganggap hampir semua teori metafisik tidak bermakna karena hanya
merupakan prediksi-prediksi yang tidak teruji. Menurut dia, kebenaran menuntut
adanya verifikasi. Kebenaran adalah apa yang berguna. Kita dapat memastikan
apakah suatu itu berguna dengan mentest pernyataan itu dalam pengalaman.
Para pengkritik menuduh James terjebak dalam relativisme
karena mengajarkan bahwa ide atau tindakan itu benar kalau bermanfaat. Namun
barangkali lebih tepat kalau James digolongkan sebagai seorang pluralis—orang
yang berpendapat bahwa dunia ini jauh terlalu rumit untuk dijelaskan oleh salah
satu filsafat.
20.3.3. John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah seorang filsuf, pendidik, dan psikolog.
Dewey mengembangkan prinsip-prinsip pragmatisme dari Peirce dan James menjadi
suatu sistem pemikiran yang komperhensif yang dinamakannya naturalisme
eksperimental, atau instrumentalisme.
Naturalisme filosofis memandang pengalaman manusia,
intelegensi, dan komunitas-komunitas sosial sebagai mekanisme-mekanisme yang
selalu berputar. Dia berpendapat bahwa manusia dapat memecahkan masalah-masalah
sosial dengan menggunakan pengalaman dan intelegensi, dan melalui penyelidikan.
Dia menganggap konsep-konsep tradisional tentang pengetahuan dan kebenaran,
yang mengakui adanya unsur absolute, tidak cocok dengan pandangan dunia
Darwinian tentang kemajuan, dan sebab itu harus ditolak atau direvisi.
Dewey menekankan aspek biologis dan sosial sebagai basis
pengetahuan dan karakter instrumental dari ide sebagai “rencana tindakan”. Dia
menegaskan perlunya pendekatan eksperimental terhadap etika, dan perlunya
mengkaitkan nilai-nilai dengan kebutuhan individu dan sosial. Teorinya tentang
pendidikan menekankan perlunya persiapan individu bagi aktivitas kreatif dalam
masyarakat demokratis. Teorinya itu mempunyai gaung pengaruh yang sangat besar
dalam metode pendidikan di Amerika Serikat.
Para pengkritik menganggap Dewey mengajarkan elitisme dan
rekayasa social dalam pandangan filosofisnya. Tapi sebagian pengamat melihatnya
sebagai seorang humanis romantic.
20.4. Perkembangan Psikologi
Aliran filsafat pragmatisme merupakan dasar bagi psikologi
fungsional di Amerika. Pragmatisme memberikan ciri fungsional kepada psikologi
Amerika, dan psikologi fungsional kemudian memungkinkan transisi dari model
Wundt yang ketat kepada sistem-sistem lain yang berkembang di Amerika. James
dan Peirce yang lebih dikenal sebagai filsuf adalah peletak dasar psikologi
fungsional di Amerika.
Pragmatisme adalah sistem filsafat khas Amerika yang lahir di
Amerika. Pragmatisme mementingkan hasil bukannya metode. Filsafat pragmatisme
menumbuhkan iklim intelektual yang mempelajari bukan apa yang dilakukan
seseorang tetapi bagaimana orang itu melakukannya.
Psikologi fungsional mementingkan aplikasi dan manfaat dari
psikologi. Para psikolog fungsional berbeda dari psikolog struktural dalam hal alasan
melakukan eksperimen psikologis, dan bukan jenis eksperimen yang dilakukan.
Para fungsionalis fokus pada bagaimana aktivitas jiwa dan manfaat apa yang
diberikannya.
James adalah orang yang memperkenalkan ilmu psikologi eksperimental
di Amerika. Dia mendorong usaha mendirikan psikologi empiris, tapi sendiri
bukan seorang empiris. Psikologi fungsional terbuka bagi aplikasi-aplikasi
praktis dan membutuhkan data dari perilaku yang dapat diobservasi. Ia menulis
buku The Principles of Psychology (1890)
yang kemudian digunakan sebagai buku teks psikologi di Amerika.
Dia mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang kehidupan
mental dan mengatakan bahwa pengalaman merupakan arus kesadaran yang
berkesinambungan. Jiwa dan tubuh adalah aspek subyektif dan objektif dari
pengalaman, tak dapat dipisahkan. Scope psikologinya lebih luas dari Wundt.
Jiwa adalah proses personal, yang berubah, berkesinambungan, dan selektif. Oleh
sebab itu dia memilih pendekatan empiris untuk mempelajari pengalaman yang
terfokus pada fungsi-fungsi jiwa.
Seperti James, Peirce melihat kesadaran dan proses mental
dari konsekuensi praktisnya. Tapi berbeda dengan James, dia menekankan
konsekuensi logis dari ide-ide (bukan konsekuensi psikologis). Dia yakin jiwa
terkait erat dengan struktur organisasi pada informasi-informasi sensoris.
Baik James dan Peirce berjasa dalam menciptakan atmosfer
intelektual yang siap menerima formulasi baru dari psikologi. Empirisisme James
cenderung menerima perilaku yang dapat diobservasi sebagai data psikologis,
sedangkan Peirce lebih menekankan organisasi mental yang konsisten dengan
perkembangan psikologi Gestalt selanjutnya.
Tokoh-tokoh lain dalam psikologi fungsional di Amerika antara
lain Hugo Munsterberg (1863-1926), William McDougall (1871-1938), G. Stanley
Hall (1844-1924), James Angeli (1869-1949), Harvey Carr (1873-1954), James
McKeen Cattell (1880-1944), dan Edward Lee Thorndike (1874-1949). Dewey, Angeli
dan Carr berasal dari fungsionalisme Chicago, sedangkan Cattell dan Thorndike
dari fungsionalisme Columbia.
please use them nicely, don't forget to put the source.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar