snow

Jumat, 25 Maret 2016

Tugas Filsafat - Pragmatisme

Ini adalah tugas Filsafat, tentang filsafat Pragmatisme berdasarkan SAP Gunadarma.

20.1. Pendahuluan
Pragmatisme merupakan aliran yang sangat kuat dalam filsafat Amerika di penghujung akhir abad 19. Aliran ini meneruskan tradisi empirisme yang mendasarkan pengetahuan manusia pada pengalaman serta menekankan prosedur induktif dalam ilmu-ilmu eksperimental.
20.2. Ciri-ciri Pragmatisme
Aliran ini muncul selama suatu periode yang ditandai oleh perkembangan ilmiah yang sangat pesat, industrialisasi, dan kemajuan material. Masa kemunculannya ditandai dengan merosotnya kepercayaan dan nilai-nilai agama tradisional. Aliran ini mencari titik tengah antara konsep-konsep metafisik tradisional tentang hakikat realitas, dan teori-teori nihilisme dan irrasionalisme radikal yang sangat populer di Eropa kala itu.
Kaum pragmatis tidak percaya adanya suatu ide absolut tentang kebaikan atau keadilan. Mereka menganggap konsep-konsep itu bersifat relatif dan bergantung pada konteks dimana konsep-konsep itu didiskusikan. Para pengkritik pragmatisme mengatakan bahwa penolakan kaum pragmatis terhadap suatu yang absolut membawa implikasi yang negatif bagi masyarakat.

20.3. Para Filsuf Pragmatisme
20.3.1. Charles Sanders Peirce (1839-1914)
Charles Sanders Peirce adalah seorang filsuf, ahli logika, ahli matematika, dan ahli fisika. Ia mengembangkan pragmatisme sebagai teori makna, khususnya makna dari konsep-konsep yang digunakan dalam ilmu. Bagi Peirce, satu-satunya cara rasional untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan membentuk kebiasaan mental yang akan mentest ide-ide melalui observasi dan eksperimentasi.
Menurut Peirce, tidak ada objek atau konsep yang memiliki validitas atau arti yang inheren. Makna atau arti hanya terletak dalam akibat-akibat praktis yang berasal dari pemakaian atau aplikasinya. Peirce berpendapat bahwa kebenaran suatu ide atau objek hanya dapat diukur dengan investigasi empiris atas kegunaan atau manfaatnya.
Karya-karya Peirce sangat mempengaruhi sekelompok filsuf positivisme logis yang menekankan pentingnya verifikasi ilmiah dan menolak pengalaman personal sebagai basis pengetahuan yang benar.

20.3.2. William James (1842-1910)
William James adalah seorang filsuf, dan dikenal sebagai psikolog besar pertama Amerika. Karyanya dalam psikologi memberikan kerangka bagi teori pragmatisnya tentang kebenaran. Menurut dia, kebenaran adalah kapasitas suatu keyakinan untuk membimbing seseorang kepada tindakan yang berhasil. Dia mengusulkan agar segala keyakinan dievaluasi berdasarkan kegunaannya dalam menyelesaikan masalah.
Bukunya yang pertama, Principles of Psychology (1890) mengupas prinsip fungsionalisme dalam psikologi. Dengan demikian James menggeser psikologi dari tempat tradisionalnya sebagai cabang filsafat lalu menempatkannya diantara ilmu-ilmu laboratorium yang didasarkan pada metode eksperimental.
Kontribusi James dalam pragmatisme disajikan secara ringkas dalam bukunya Pragmatism, A New Name for Old Ways of Thinking (1907). Dia membenarkan agama atas dasar pragmatisme, dan mengidentifikasi Allah sebagai energi alam yang tidak sadar. Menurut James, sentiment dan logika sangat penting bagi rasionalitas, dan bahwa moralitas dan agama merupakan lompatan kepercayaan, produk dari apa yang disebutnya the will to believe.
Dalam Essays in Radical Empiricism (1912), James mengajarkan tentang suatu jagad pluralistic. Dia menolak pandangan bahwa dunia dapat dijelaskan berdasarkan suatu kekuatan absolute yang menentukan interelasi antara benda-benda dan peristiwa-peristiwa. Dia menganggap hampir semua teori metafisik tidak bermakna karena hanya merupakan prediksi-prediksi yang tidak teruji. Menurut dia, kebenaran menuntut adanya verifikasi. Kebenaran adalah apa yang berguna. Kita dapat memastikan apakah suatu itu berguna dengan mentest pernyataan itu dalam pengalaman.
Para pengkritik menuduh James terjebak dalam relativisme karena mengajarkan bahwa ide atau tindakan itu benar kalau bermanfaat. Namun barangkali lebih tepat kalau James digolongkan sebagai seorang pluralis—orang yang berpendapat bahwa dunia ini jauh terlalu rumit untuk dijelaskan oleh salah satu filsafat.

20.3.3. John Dewey (1859-1952)
John Dewey adalah seorang filsuf, pendidik, dan psikolog. Dewey mengembangkan prinsip-prinsip pragmatisme dari Peirce dan James menjadi suatu sistem pemikiran yang komperhensif yang dinamakannya naturalisme eksperimental, atau instrumentalisme.
Naturalisme filosofis memandang pengalaman manusia, intelegensi, dan komunitas-komunitas sosial sebagai mekanisme-mekanisme yang selalu berputar. Dia berpendapat bahwa manusia dapat memecahkan masalah-masalah sosial dengan menggunakan pengalaman dan intelegensi, dan melalui penyelidikan. Dia menganggap konsep-konsep tradisional tentang pengetahuan dan kebenaran, yang mengakui adanya unsur absolute, tidak cocok dengan pandangan dunia Darwinian tentang kemajuan, dan sebab itu harus ditolak atau direvisi.
Dewey menekankan aspek biologis dan sosial sebagai basis pengetahuan dan karakter instrumental dari ide sebagai “rencana tindakan”. Dia menegaskan perlunya pendekatan eksperimental terhadap etika, dan perlunya mengkaitkan nilai-nilai dengan kebutuhan individu dan sosial. Teorinya tentang pendidikan menekankan perlunya persiapan individu bagi aktivitas kreatif dalam masyarakat demokratis. Teorinya itu mempunyai gaung pengaruh yang sangat besar dalam metode pendidikan di Amerika Serikat.
Para pengkritik menganggap Dewey mengajarkan elitisme dan rekayasa social dalam pandangan filosofisnya. Tapi sebagian pengamat melihatnya sebagai seorang humanis romantic.

20.4. Perkembangan Psikologi
Aliran filsafat pragmatisme merupakan dasar bagi psikologi fungsional di Amerika. Pragmatisme memberikan ciri fungsional kepada psikologi Amerika, dan psikologi fungsional kemudian memungkinkan transisi dari model Wundt yang ketat kepada sistem-sistem lain yang berkembang di Amerika. James dan Peirce yang lebih dikenal sebagai filsuf adalah peletak dasar psikologi fungsional di Amerika.
Pragmatisme adalah sistem filsafat khas Amerika yang lahir di Amerika. Pragmatisme mementingkan hasil bukannya metode. Filsafat pragmatisme menumbuhkan iklim intelektual yang mempelajari bukan apa yang dilakukan seseorang tetapi bagaimana orang itu melakukannya.
Psikologi fungsional mementingkan aplikasi dan manfaat dari psikologi. Para psikolog fungsional berbeda dari psikolog struktural dalam hal alasan melakukan eksperimen psikologis, dan bukan jenis eksperimen yang dilakukan. Para fungsionalis fokus pada bagaimana aktivitas jiwa dan manfaat apa yang diberikannya.
James adalah orang yang memperkenalkan ilmu psikologi eksperimental di Amerika. Dia mendorong usaha mendirikan psikologi empiris, tapi sendiri bukan seorang empiris. Psikologi fungsional terbuka bagi aplikasi-aplikasi praktis dan membutuhkan data dari perilaku yang dapat diobservasi. Ia menulis buku The Principles of Psychology (1890) yang kemudian digunakan sebagai buku teks psikologi di Amerika.
Dia mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang kehidupan mental dan mengatakan bahwa pengalaman merupakan arus kesadaran yang berkesinambungan. Jiwa dan tubuh adalah aspek subyektif dan objektif dari pengalaman, tak dapat dipisahkan. Scope psikologinya lebih luas dari Wundt. Jiwa adalah proses personal, yang berubah, berkesinambungan, dan selektif. Oleh sebab itu dia memilih pendekatan empiris untuk mempelajari pengalaman yang terfokus pada fungsi-fungsi jiwa.
Seperti James, Peirce melihat kesadaran dan proses mental dari konsekuensi praktisnya. Tapi berbeda dengan James, dia menekankan konsekuensi logis dari ide-ide (bukan konsekuensi psikologis). Dia yakin jiwa terkait erat dengan struktur organisasi pada informasi-informasi sensoris.
Baik James dan Peirce berjasa dalam menciptakan atmosfer intelektual yang siap menerima formulasi baru dari psikologi. Empirisisme James cenderung menerima perilaku yang dapat diobservasi sebagai data psikologis, sedangkan Peirce lebih menekankan organisasi mental yang konsisten dengan perkembangan psikologi Gestalt selanjutnya.

Tokoh-tokoh lain dalam psikologi fungsional di Amerika antara lain Hugo Munsterberg (1863-1926), William McDougall (1871-1938), G. Stanley Hall (1844-1924), James Angeli (1869-1949), Harvey Carr (1873-1954), James McKeen Cattell (1880-1944), dan Edward Lee Thorndike (1874-1949). Dewey, Angeli dan Carr berasal dari fungsionalisme Chicago, sedangkan Cattell dan Thorndike dari fungsionalisme Columbia.

 please use them nicely, don't forget to put the source.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar