snow

Minggu, 17 Desember 2017

Landasan Teori: Kreativitas dan Problem Solving

A.      Kreativitas
1.         Definisi Kreativitas
Menurut Semiawan (1987), kreativitas adalah sebuah proses yang menyebabkan lahirnya kreasi baru dan orisinal. Sedangkan menurut Torrance (dalam Ali & Asrori, 2006) mendefinisikan kreativitas sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
Guilford (dalam Ali & Asrori, 2006) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu yang mencari berbagai alternatif jawaban terhadap persoalan. Dalam kaitannya dengan kreativitas, Guilford menekankan bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada kovergen.

2.         Aspek Kreativitas
Rhodes (dalam Munandar, 2004) menyatakan bahwa definisi kreativitas dapat ditinjau dari empat aspek atau biasa disebut dengan istilah “Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, and Product”, yaitu:
a.         Pribadi (Person)
Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
b.        Proses (Process)
Langkah-langkah proses kreatif yang banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas, meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
c.         Produk (Product)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
d.        Pendorong (Press)
Menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal, berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
Sedangkan Guilford (dalam Sternberg, 1999) mengemukakan beberapa faktor penting yang merupakan aspek dari kemampuan berpikir kreatif, yaitu:
a.         Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
Kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran secara cepat. Dalam kelancaran berpikir yang perlu ditetapkan adalah kuantitas bukan kualitas.
b.        Keluwesan berpikir (flexibility)
Kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang kreatif adalah orang yang luwes berpikir.
c.         Elaborasi pikiran (elaboration)
Kemampuan mengembangkan gagasan dan menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu objek gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d.        Keaslian berpikir (originality)
Kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.


B.       Problem solving (Strategi Pemecahan Masalah)
1.         Definisi Problem Solving (Strategi Pemecahan Masalah)
Menurut Hamalik (1994) problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Sedangkan menurut Purwanto (1999) problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan.
Menurut Slameto (1990) berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu tidak penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk memperoleh konsep, keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving.

2.         Langkah-langkah Problem Solving (Strategi Pemecahan Masalah)
Bransford dan Stein (dalam Eggen & Kauchak, 1997) menjelaskan bahwa strategi umum dalam memecahkan masalah terdiri dari 5 langkah, yaitu:
a.         Identifikasi masalah
Langkah pertama dalam upaya memecahkan masalah ini kelihatannya adalah hal yang sederhana, namun pada kenyataannya, memahami sebuah masalah adalah hal yang cukup menantang mengingat untuk dapat memahami masalah diperlukan suatu daya kreativitas, ketahanan dan kemauan untuk tidak terburu-buru dalam menyelesaikan masalah. Banyaknya aspek yang terkait dengan masalah yang dihadapi terkadang ikut menyulitkan seorang individu dalam memahami suatu masalah.
b.        Representasi masalah atau penggambaran masalah
Representasi atau penggambaran masalah dapat berupa secara sederhana membayangkan masalah yang ada, maupun menggunakan alat bantu seperti grafik, gambar, daftar dan lain sebagainya. Representasi masalah ini akan membantu individu untuk memberikan makna pada masalah tersebut, yang pada akhirnya akan membantu individu untuk memahami masalah dengan benar.
c.         Pemilihan strategi pemecahan masalah
Untuk pemecahan masalah yang bersifat well defined, strategi algoritma dapat dijadikan pilihan karena memberikan jaminan tercapainya penyelesaian masalah. Namun untuk masalah yang bersifat ill defined, strategi heuristik akan lebih memberi kemungkinan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah.
d.        Implementasi strategi pemecahan masalah.
Kunci keberhasilan dari implementasi strategi adalah pemahaman yang benar tentang masalah. Jika dalam implementasi ini ada kesulitan, maka perlu dilihat kembali apakah masalah yang dihadapi sudah dipahami dengan benar. Jika ada kesalahan, maka individu tersebut perlu mulai lagi dari awal untuk mengidentifikasi dan memahami masalah dengan benar, kemudian mencoba lagi strategi pemecahan masalah yang sesuai.
e.         Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berarti evaluasi realitas, apakah strategi pemecahan masalah yang diterapkan benar-benar sudah mengatasi masalah yang dihadapi.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad & Asrori, Mohamad. (2006). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Angkasa.
Eggen, P & Kauchak, D. (1997). Educational Psychology. Windows on Classroom. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Edy. Desain Teks Untuk Belajar “Pendekatan Pemecahan Masalah”. Jurnal IPS dan Pengajarannya. 1999, 33 (2) hal 284.
Semiawan, Conny. (1987). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sternberg, R. J. (1999), Handbook of Creativity. United Kingdom: Cambridge University Press.

 please use them nicely, don't forget to put the source.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar