snow

Minggu, 15 Oktober 2017

Hubungan Interpersonal

1.        Definisi Hubungan Interpersonal
Menurut Dian & Srifatmawati (2012) hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten.
Menurut Cangara (2011) interpersonal secara umum adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
Menurut Baron & Bryne (2002) hubungan interpersonal adalah hubungan diluar diri atau disebut juga dengan penyesuaian dengan orang lain.
Menurut Sarwono (2002) hubungan antar pribadi (interpersonal relation) yaitu salah satu unsur dasar yang dipelajari dalam psikologi sosial dan merupakan awal dari segala bentuk interaksi sosial.

2.        Konsep Hubungan Interpersonal
Menurut Wood (2010) terdapat beberapa konsep interpersonal, yaitu:
a.         Selective
Pada dasarnya setiap orang akan memilih dengan siapa dia akan berkomunikasi, kita tidak ingin berkomunikasi secara intim dengan semua orang yang kita temui, namun kita memilah-milah berdasarkan keinginan, kebutuhan dan kepentingan kita. Dalam beberapa kasus, misalkan, seringkali kita menolak panggilan telepon dari orang yang kita tidak ingin bicara dengannya; atau kita tidak mau menemui tamu yang datang kerumah atau ke kantor kita dengan satu atau beberapa alasan. Kita hanya mau membuka diri sepenuhnya pada beberapa orang yang memang kita pilih.
b.         Systemic
Komunikasi antarpribadi juga bersifat sistemik, yang berarti bahwa komunikasi ini terjadi didalam berbagai sistem. Dalam model transaksional, komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi atribusi peristiwa dan makna kita. Latar belakang sosial dan budaya, termasuk institusi pendidikan darimana kita berasal, sangat mempengaruhi, dapat disebut sebagai sistem. Masing-masing sistem mempengaruhi komunikasi kita, dan bagaimana kita menafsirkan dan mempersepsikan satu sama lain. Cara orang berkomunikasi juga berbeda-beda dalam berbagai budaya. Di Amerika utara, misalkan, setiap orang cenderung berkomunikasi secara tegas (assertively) dan melihat mata lawan bicara, sementa itu, pada kebanyakan masyarakat Asia ketegasan dan kontak mata dianggap kasar dan tidak sopan.
Karena komunikasi interpersonal bersifat sistemik; situasi, waktu, orang, budaya, pengalaman pribadi, dan sebagainya berinteraksi untuk mempengaruhi makna. Bukan hanya satu atau beberapa bagian dari sistem tersebut mempengaruhi komunikasi kita, namun semua bagian dari sistem yang berinteraksi mempengaruhi komunikasi kita. Dengan kata lain, setiap unsur sistem saling bergantung dan terkait dengan unsur lainya.
c.         Unique
Pada tingkat terdalam komunikasi interpersonal bersifat unik. Dalam hubungan yang yang lebih dari sekadar peran sosial, setiap orang adalah unik dan karena itu tak tergantikan. Kita bisa mengganti orang dalam sebuah hubungan dengan petugas customer service, atau bahkan kita bisa mengganti lawan dalam pertandingan bulu tangkis, namun kita tidak bisa menggantikan sebuah hubungan karib (intimates). Ketika kita kehilangan teman dekat, atau kekasih yang kita sayangi, kita mungkin bisa menemukan teman baru atau kekasih baru, tetapi hubungan ini tidak dapat dipertukarkan dengan teman atau kekasih kita yang telah pergi.
Sama seperti setiap orang yang bersifat unik, begitu juga setiap persahabatan ataupun hubungan romantis selalu bersifat unik. Masing-masing hubungan mengembangkan ritme dan pola tersendiri yang khas, dan bahkan kosa kata khusus yang diciptakan untuk sebuah hubungan tertentu.
d.         Processual
Komunikasi antarpribadi adalah proses yang berlangsung (ongoing) dan berkesinambungan (continous). Dengan demikian berarti, pertamakomunikasi akan terus berkembang dari waktu ke waktu, semakin lama akan semakin pribadi. Semakin lama kita kenal dengan seseorang, kemungkinan, kita akan semakin dekat dan semakin pribadi dengan orang lain. Meskipun, pada dasarnya sebuah hubungan tidak ditentukan oleh waktu, namun demikian seiring berjalannya waktu, sebuah hubungan akan lebih mudah berkembang menjadi hubungan yang dekat dan intim. Sebagai sebuah proses yang berlangsung (ongoing), komunikasi antarpribadi tidak memiliki batasan awal dan akhir yang jelas. Kita tidak pernah tahu kapan komunikasi dimulai dan akan berakhir. Meskipun tampaknya komunikasi dimulai ketika kita menyapa seseorang, namun mungkin saja pertemuan-pertemuan sebelumnya merupakan titik awal yang memungkinkan orang tersebut merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan kita. Demikian pula, kita tidak tahu secara pasti kapan komunikasi akan berakhir, bisa jadi interaksi kita dengan seseorang telah berakhir, namun bukan berarti komunikasi telah berakhir.
e.         Transactional
Komunikasi antarpribadi adalah proses transaksi diantara orang-orang. Ketika kita berbicara dengan seorang teman, misalkan, kemudian teman kita tersenyum. Atau ketika kita atasan Anda menjelaskan sebuah ide, dan Anda mengangguk untuk menunjukkan bahwa Anda memahami. Dalam percakapan antarpribadi, semua pihak berkomunikasi secara kontinu dan bersamaan (simultaneously).

3.        Ciri-ciri Hubungan Interpersonal
Adapun ciri-ciri hubungan interpersonal menurut Suranto (2011), yaitu:
a.         Mengenal secara dekat, bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling mengenal secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal identitas dasar saja, namun lebih dari itu.
b.         Saling memerlukan, hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan yang saling menguntungkan secara dua arah dan saling menguntungkan.
c.          Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua belah pihak.
d.         Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri.

4.        Siklus Hubungan Interpersonal
Knapp (dalam Tubbs & Moss, 1996) menuliskan mengenai siklus hubungan interpersonal yang terdiri dari sepuluh tahapan, lima tahap pertama merupakan tahap menuju kebersamaan (coming together) dan lima tahap berikutnya menuju perpisahan (coming apart).
a.         Tahap menuju kebersamaan (coming together):
1)   Tahap Memulai (Initiating)
Merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang kita lakukan dalam percakapan dengan seseorang yang baru kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan menyatakan minat. Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-hati dan konvensional.
2)   Tahap Penjajagan (Experimenting)
Adalah fase di mana kita mencoba topik-topik percakapan untuk mengenal satu sama lain. Biasanya kita banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi. Tujuan komunkasi di sini adalah untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan di antara kedua belah pihak dengan cara-cara yang aman. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini berhasil dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau tidak suka, kebanyakan hubungan kita mungkin tidak berlangsung lebih jauh dari tahap ini. 
3)   Penggiatan (Intesifying)
Menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, dan awal informalitas yang lebih besar. Perubahan terjadi dalam perilaku komunikasi verbal maupun nonverbal. Secara verbal, derajat keterbukaan dalam membuka diri lebih besar, misalnya: "Kedua orang tuaku bercerai..." atau "Aku jatuh hati padamu...", dsb. Perubahan komunikasi nonverbal menjadi lebih intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang berpegangan, kontak mata yang lebih sering, dsb.
4)   Pengintegrasian (Integrating)
Terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sebagai pasangan. Keduanya secara aktif memupuk semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya membuat mereka unik sebagai pasangan. Mereka mungkin juga melakukan hal itu dengan cara simbolik misal bertukar cincin, menyebut suatu lagu sebagai 'lagu kita', dst.
5)   Pengikatan (Bounding)
Adalah tahap yang lebih formal atau ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau perkawinan, namun “berhubungan tetap” juga merupakan suatu bentuk pengikatan. Pasangan tersebut sepakat menerima seperangkat aturan atau norma yang mengatur hubungan mereka, dan mereka kini lebih sulit untuk berpisah.
b.         Tahap menuju perpisahan (coming apart):
1)   Pembedaan (Differentiating)
Terjadi bila dua orang menetapkan bahwa mungkin hubungan mereka terlalu membatasi. Sekarang mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada kesamaan-kesamaan. Mereka ingin mengerjakan urusan mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan individualitas. Fase ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan di antara mereka. 
2)   Pembatasan (Circumscribing)
Adalah suatu tahap yang menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi mereka. Topik-topik tertentu yang cenderung menimbulkan suasana panas berusaha dihindari. Sikap mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak mengenal satu sama lain secara baik.
3)   Stagnasi (Stagnating)
Menunjukkan kemerosotan hubungan yang semakin jauh sehingga mereka mencoba untuk bertahan dengan alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-anak, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik terhadap pasangannya. Komunikasi verbal dan nonverbal semakin menyerupai komunikasi antara orang-orang asing. Hubungan itu sendiri tak pernah dibicarakan lagi.
4)   Penghindaran (Avoiding)
Adalah suatu taktik untuk meminimalkan penderitaan atas pengalaman hubungan yang merosot sama sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling tidak walau pun mereka masih tinggal bersama/berdekatan mereka mampu menjaga kontak yang minimum.
5)   Pemutusan (Terminating)
Adalah tahap final dalam suatu hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi setelah suatu percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman sepanjang hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin penting hubungan itu, semakin menyakitkan perpisahan yang terjadi.



Baron, R. A. & Bryne, D. (2002). Psikologi sosial edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Cangara, H. (2011). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Dian, W. & Srifatmawati, M. (2012). Hubungan interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial individu & teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Suranto, Aw. (2011). Komunikasi interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia. (1996). Human commnication: prinsip-prinsip dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, Julia T. (2014). Interpersonal communication: everyday encounters. United States of America: Cengage Learning

 please use them nicely, don't forget to put the source.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar