Dalam segala aspek kehidupan tidak selamanya ada prosedur yang tersedia dengan jelas untuk melakukan sesuatu. Bisa saja hanya berupa panduan, atau bahkan tidak ada panduan sama sekali, yang artinya memerlukan interpretasi pribadi untuk mencapi suatu tujuan. Interpetasi ini merupakan sebuah gagasan atau ide yang dihasilkan oleh pengalaman, pembelajaran, atau bahkan percobaan (trial and error). Interpretasi satu orang dengan orang lainnya pasti akan berneda dengan beragam keunikan yang dimiliki oleh tiap orang. Ketika interpretasi diaplikasikan untuk mencapai sebuah tujuan, hal ini dinamakan sebuah kreativitas. Secara garis besar kreativitas merupakan kemampuan merealisasikan ide imaginatif yang ia miliki.
Apakah semua orang memiliki kreativitas? Banyak orang memandang bahwa orang yang memiliki kreativitas adalah mereka yang berkecimpung dalam dunia seni, seperti pelukis, penyanyi, penulis puisi, dan sebagainya. Menurut Conny R. Semiawan, kreativitas bukan hanya kemampuan menciptakan hal baru tapi juga modifikasi dari hal lama dan menerapkannya dalam pemecahan masalah (problem solving). Jadi dapat disimpulkan semua orang memiliki kreativitas, karena setiap orang pasti membutuhkannya untuk memecahkan suatu permasalahan.
Salah satu pembentuk kreativitas ialah pengalaman, baik ataupun buruk. Menurut penelitian bahwa perceraian memberikan efek yang berbeda-beda pada tiap anak. Ada yang menjadikan bentuk kesedihan karena perpisahan menjadi sebuah motivasi, adapun yang terlarut dalam kesedihan sampai memutuskan untuk mengakhiri hidup. Setiap anak memiliki proses sendiri hingga pada sampai pada titik pemecahan masalah. Hal ini membuat penulis merasa perlu untuk meneliti apakah kreativitas mempengaruhi problem solving pada anak broken home?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar